Malam Terakhir di Stasiun Selatan
Malam Terakhir di Stasiun Selatan
Stasiun Selatan dulunya ramai oleh lalu lintas kereta kargo dan penumpang. Kini, bangunannya berdiri sepi — retak, lapuk, dan ditinggalkan waktu. Tapi malam itu, pukul 01.13 dini hari, sinyal keamanan menunjukkan gerakan di rel peron 4. Kamera pengawas merekam sosok gelap berkaki empat, berjalan perlahan di sepanjang jalur yang tidak digunakan lagi.
Seekor Labrador hitam.
---

Petugas malam bernama Carlo mengaku mendengar gonggongan tunggal di ruang sinyal. Saat ia memeriksa, lampu-lampu peron berkedip acak, dan kereta tua yang sudah mati listrik tiba-tiba mengeluarkan suara klakson pelan — meskipun kabelnya telah dilepas.
Di sisi gerbong tua itu, terdapat bekas cakaran panjang, dan tulisan berdebu di jendela:
> “TERAKHIR.”
---

Detektif Alra Quinn dihubungi keesokan paginya. Ia menemukan bahwa Stasiun Selatan ternyata menyimpan sejarah kelam yang hampir dilupakan: kecelakaan kereta pada tahun 1965, yang disebabkan oleh sabotase sinyal. Kereta malam dengan 37 penumpang tergelincir dan jatuh ke jurang di ujung jalur 4. Mayat-mayat ditemukan, tapi satu anak laki-laki dan anjingnya tak pernah ditemukan.
Anjing itu adalah Labrador hitam bernama Nero. Konon, Nero berlari masuk ke jalur untuk menyelamatkan sang anak yang jatuh, namun tertelan kabut dan hilang — seperti ditelan malam.
---

Di ruang arsip, Alra menemukan tiket kereta malam yang belum pernah digunakan, tertanggal malam kecelakaan, dengan kursi atas nama:
> “D. Quinn – Anak.”
Alra terdiam. Ia ingat, ayahnya pernah menyebutkan bahwa ia nyaris naik kereta itu, tapi batal di menit terakhir. Ia bahkan ingat ayahnya berkata:
> “Anjing hitam menahan kami di peron. Aku pikir itu firasat.”
Kini ia tahu: ia seharusnya ada di dalam kereta itu.
---

Malam itu, Alra kembali ke stasiun, sendiri. Kabut turun pelan, dan kereta-kereta tua bersandar seperti hantu besi. Tepat pukul 01.13, ia mendengar langkah pelan… dan dari bayang-bayang rel, Labrador hitam itu muncul, berjalan tenang dan duduk di jalur 4, tepat di titik kecelakaan dulu terjadi.
Anjing itu menatapnya — kali ini tidak penuh duka, tapi damai.
Alra mendekat. Untuk pertama kalinya, ia bisa menyentuh bulu anjing itu. Hangat. Nyata.
> “Kau telah membawaku sejauh ini,” bisiknya.
Nero mengangkat kepala, menatap langit… dan menggonggong satu kali.
Lalu, kabut menelan tubuhnya perlahan,
dan ia menghilang... untuk selamanya.
---

Dalam catatan terakhirnya, Alra menulis:
> “Saya telah mengikuti jejak seekor Labrador hitam dari kota ke kota, dari mimpi ke kenangan, dari ketakutan ke kebenaran. Kini saya tahu: dia bukan hantu. Dia adalah waktu, kesetiaan, dan keadilan yang tidak bisa dikubur.”
---

Stasiun Selatan kini ditetapkan sebagai situs bersejarah.
Di sana berdiri patung perunggu seekor anjing duduk menghadap rel, dengan tulisan:
> “Untuk sang Penjaga yang Tidak Terlihat — Nero.”
Dan setiap tanggal 17 November, pukul 01.13…
orang-orang bersumpah mereka mendengar gonggongan tunggal di antara kabut.
Tanda bahwa perjalanan sang penjaga... akhirnya selesai.
---
Post a Comment for " Malam Terakhir di Stasiun Selatan"